“Terkadang, dunia maya memberi apa yang tidak kita dapat dan kita miliki di dunia nyata”
Dunia maya, bagiku tak lebih dari sebuah ruang dimana semua hal serba abstrak, imajinatif dan bebas. Dunia yang bisa saja menyuarakan kebohongan besar yang terlihat menarik ataupun sebaliknya, menyuarakan kebenaran dan kejujuran yang terlalu sulit untuk diungkapkan di dunia nyata. Banyak hal terjadi di dunia maya mulai dari hal yang menyenangkan dan membahagiakan yang diakhiri dengan happy ending di dunia nyata sampai kejadian-kejadian yang justru membawa dampak negatif bagi pelakunya.
Dari awal aku mengenal dunia ini, aku berobsesi untuk menjadikannya sebagai tempat baru untuk berkeluh kesah, tempat baru untuk curhatan. Tempat berbagi cerita dan menemukan teman-teman yang bisa memahamiku. Teman yang bisa mengerti akanku tanpa harus bertatap muka. Aku merindukan orang-orang ‘abstrak’ yang bisa menguatkanku kala sedih, tertawa bersamaku ketika bahagia, dan bisa selalu hadir meskipun hanya dalam kata. Dan sungguh, ternyata itu bukan mimpi. Dunia maya telah memberiku seorang yang kuinginkan…
Maret 2011,
Perempuan itu *) menjadi satu diantara beberapa orang yang meminta hubungan pertemanan denganku di FB. Seperti kebanyakan ‘calon teman’ FBku, aku tak terlalu menghiraukan siapa dia. Kukonfirmasi permintaan pertemanannya dan sudah. Kami berteman, dan tidak saling mengenal..
Apalagi ketika kutahu orang itu sangat jarang update status. FBnya selalu sepi, temannya pun tak banyak. Bukan type orang yang ‘populer’ dan ‘rame’. Di profilenya hanya tertera ulasan singkat bahwa dia sudah menikah, aktifitasnya ‘ngajar’, agamanya islam dan satu kata ‘aku’ di bagian biography. Di barisan foto-fotonya ada foto dirinya bersama 2 anak kecil dan suaminya, juga seorang lagi anak kecil yang sepertinya baru lahir dalam foto terpisah. Jadi kesimpulanku, orang itu hanya seorang guru sekaligus istri dan ibu dari 3 anak yang tidak suka ngobrol, membuat akun Facebook hanya untuk mengikuti perkembangan zaman dan mungkin ingin disebut ‘gaul’. Ah, biasa saja! Tak jauh beda dengan ratusan temanku yang lain.
Sampai suatu hari sebuah sms dari nama yang sama masuk ke HPku. Entah dari mana dia mendapat nomorku kala itu, mungkin sebelumnya telah memintaku atau dari profile ku di FB. Aku lupa. Isi smsnya pun tak terlalu penting, hanya menitipkan salam kepada salah seorang penulis senior negeri ini yang kebetulan tinggal di kotaku dan aku mengenalnya. Itu saja. Sejak saat itulah aku baru tahu sedikit tentangnya, dia adalah satu diantara banyak sekali orang yang mengagumi penulis yang dikiriminya salam itu. Sering sms-nya mulai dibumbui ‘basa-basi’ seperti ‘Lg apa de?’, ‘Mlm de’, dsb. Tapi tetap saja, ujung-ujungnya adalah salam untuk penulis itu. Ah, sudah biasa! Ada beberapa orang menitipkan salam serupa pada orang itu jadi aku sudah hafal, apapun smsnya akhirnya pasti adalah salam padanya.
Kadang membuatku iri, enak sekali ya jadi penulis?! Banyak orang mengidolakan tak mengenal jarak hanya karena barisan kata-kata yang dibuatnya dan seringkali tanpa harus bertemu langsung. Karena belakangan kutahu bahwa perempuan itu berasal dari sebuah kota di Sumatra Barat bernama Muaralabuh, jauuhh sekali dari tempat tinggalku di Ngawi-Jawa Timur.
Satu dari banyak sms ‘salam-salam’nya kira-kira begini:
“De, bilangin ke mbak xx (nama penulis), Uni kangeeeen”
Uni? Apa itu Uni? Kedengarannya unik. Ternyata artinya adalah ‘kakak’ dalam bahasa Minang. Maka aku yang biasa memanggilnya ‘Mbak’ mulai terbiasa dengan satu kata itu: Uni.
Kuputuskan untuk memanggilnya menggunakan nama panggilan baru. Uni.
Semakin lama semakin intens kami berkomunikasi via sms. Dalam sehari selaluu saja ada sms-nya masuk, atau kalau tidak akupun pasti meng-sms nya. Tak tahu kenapa, kesan ‘tidak asyik’ yang sedari awal kusematkan padanya mulai hilang. Aku mulai menikmati kebersamaanku dengannya, dan topik ‘salam-salam’ itupun sedikit demi sedikit berganti.
Entah sekedar sms ‘Lg apa?’ atau sms remeh temeh semacam itu, aku selalu membalasnya. Belakangan kutemukan sosok yang sangat perhatian dalam jiwa perempuan yang mengabdikan diri sebagai pengajar di sebuah SMK dan juga dosen di sebuah PTS itu. Mungkin juga karena aku tidak memiliki kakak (kakakku meninggal ketika masih bayi) dan aku terlalu disibukkan dengan kuliah dan pekerjaanku yang sering sekali menyita waktu dan pikiran, seperti harapanku aku justru seperti menemukan tempat baru untuk berkeluh kesah. Tempat baru untuk bermanja. Tak pernah aku melakukan ini sebelumnya. Semua orang yang mengenalku selalu mengidentikkan diriku dengan seorang gadis yang mandiri, tegar, unbreakable dan tak pernah mengeluh. Tapi aku juga manusia, aku tak bisa sesempurna itu. Mengeluh pada orang tuaku di kampung, bukan pilihan bagus menurutku. Yang ada mereka akan terlalu memikirkanku, aku tak ingin mereka berpikir aku kenapa-kenapa. Pada mereka selalu kukatakan bahwa aku baik-baik saja.
Ada perasaan bahagia yang aneh ketika setiap hari HPku terisi sms-sms nya. Mungkin begini rasanya memiliki seorang kakak, memiliki seseorang untuk bermanja dan meminta perhatian.
Dan akupun menyayanginya…
25 Mei 2011
Waktu akhirnya membawa kami berdua menjadi sangaaat dekat. Dua bulan setelah perkenalan di dunia maya itu aku benar-benar sudah menganggap perempuan itu kakakku, dan dia mengangapku adiknya karena memang dia adalah anak bungsu di keluarganya alias tidak punya adik, begitu katanya. Tak pernah ada sehari pun terlewat tanpa sms-sms untuknya. Aku bisa tetap meng-smsnya sembari membuat makalah untuk tugas kuliahku, mengetik sms dengan tangan kiri sementara tangan kanan menerima telepon pelamar kerja (aku bekerja di BKK/penyalur tenaga kerja) bahkan aku bisa mengirimkan sms sambil memperhatikan dosen di depan kelas! Parah kan?!
Sore itu, tak seperti biasanya Uni tak membalas sms-ku. Tanpa sebab yang jelas, tanpa alasan apapun. Aku yang sudah terlanjur ‘ketergantungan’ sms nya menjadi sangat kalut, sangat merindukan sms-nya sampai-sampai konsentrasiku kacau. Padahal hanya sebuah sms! Ya, begitulah perempuan itu telah dengan sukses menyihirku, menantikan smsnya saja bisa dengan mudah membuatku menangis..
“maaf De td msh ada acara, lp ga sms”
tulisnya setelah aku menunggu sms-nya berjam-jam, sebuah permintaan maaf biasa padahal kala itu aku sudah menangis.
“udah nangis tauk. Aku sms dr td ga ad blsn.. :(”
begitu kukirimkan balasan padanya.
Lalu aku tidur, membawa rasa sebel dan kecewa karena sms-sms itu. Tak kuhiraukan lagi HPku, kubuat dalam mode silent dan tak ingin melanjutkan sms-an dengan Uni. Aku marah!
Tengah malam, ketika aku terbangun, iseng kubuka HPku dan ada 62 kali panggilan tak terjawab!
Astaghfirullahaladzim…
Semuanya dari Uni!
Dan beberapa sms masuk, juga tulisan ‘No space for new message’ di layar Nokia-ku.
“beneran nangis adku?”
“De, maafin Uni. Uni jg nangis.”
“Knp gadis kecil ini bs membuatku menangis… :(”
Dan banyak sms lain. Kubalas satu persatu sms-nya, kukatakan bahwa aku sudah melupakannya dan aku baik-baik saja. Tapi kembali tak ada satupun sms kuterima, tengah malam sampai jam 3 pagi aku menunggu smsnya namun tak ada satupun sms masuk. Balasan pertama nya baru kuterima sekitar jam 4 pagi. Sebuah sms yang seketika itu juga membuatku merasa sangat bersalah..
“Uni lg di RS. Di infus. :(”
Ya Allah.. aku baru tahu bahwa Uni punya sakit asma dan akan kambuh ketika terlalu capek, kedinginan, terlalu memikirkan sesuatu, dan sebagainya apalagi ditambah begadang. Dan salah satu alasannya tidak tidur hingga jam 2 malam adalah hanya untuk mencoba meneleponku! Allah, betapa bodohnya aku yang telah men-silent HPku dan membiarkan Uni terlalu memikirkanku..
Detik itu pula aku menangis.. betapa jarak yang memisahkan kami berdua sepertinya telah hilang. Ingin sekali aku memeluk Uniku, memohon maaf padanya atas semua kesalahan dan kebodohanku, juga sikapku yang kekanak-kanakan. Aku bisa merasakan dengan nyata bagaimana kebingungan Uni menghubungiku untuk sekedar mengucap maaf dan mengharap aku tak lagi ngambek, aku bisa merasakan bahwa Uni benar-benar menangis malam itu.. karena akupun menangis!
Keesokan harinya akhirnya kami bisa saling menyapa lewat telepon. Kami berbincang hanya beberapa saat, tak sampai setengah jam. Namun percakapan sesingkat apapun dengannya selalu saja sangat berarti untukku. Kami berdua tertawa dan menangis bersama dalam satu waktu. Kami berdua saling berpelukan lewat kata dan suara. Kutahu aku sangat menyayanginya seperti aku menyayangi orang-orang di sekitarku, walau belum pernah sekalipun aku bertemu dengannya. Aku menyayanginya.. sangat menyayanginya!
Maka begitulah hari-hariku bergulir. Tak pernah ada satu hari pun berlalu tanpa sms/telepon Uni. Kami tidak pernah bertemu di dunia nyata, maka sms dan telepon itulah ‘pertemuan’ kami. Walaupun hanya sms berisi 3 huruf ‘Uni’ atau sebaliknya hanya ‘De’, itupun akan sangat berarti!
Aku sendiri heran dengan kedekatan kami. Seolah ada seutas benang tak kasat mata yang telah menautkan hati kami berdua sampai-sampai aku ‘terlalu’ menyayanginya. Aku tak pernah bisa menahan diri untuk tidak meng-sms nya walau kutahu dia amat sibuk, aku juga tak pernah bisa mendiamkan sms-nya. Apapun sms-nya akan selalu berusaha kujawab. Bahkan aku rela membeli kartu perdana baru hanya agar bisa lebih intens berkomunikasi dengannya, untuk bisa lebih sering mendengar suaranya!
Tak jarang hanya sms berisi satu kata ‘kangen’ kukirim padanya, yang segera dijawab dengan kata yang sama. Kami berdua menjadi ‘kangen setiap saat’ dan tak pernah bisa menahan diri untuk tidak sms. Aku sendiri tak tahu kenapa kami bisa sedekat ini, yang kutahu adalah aku begitu menyayanginya dan menikmati kebersamaan indah ini. Menyayanginya dengan sangat sebagai kakakku, kakak yang memang sebelumnya tak pernah kumiliki.
Aku ingat benar beberapa kali aku menangis tak jelas hanya karena menunggu sms-nya, Pekerjaanku kacau hanya karena aku terlalu memikirkan Uni, konsentrasiku di pekerjaan maupun perkuliahan berkurang hanya karena dalam satu hari tersebut aku belum mendengar suaranya, dan masih banyak lagi ‘keanehan’ yang sangat kunikmati. Dengan cara yang susah kutuliskan dengan kata-kata, Uni telah berhasil mengambil satu ruang dihatiku, menjadi teman maya yang paling akrab, paling dekat dan paling kusayang.
Memang, kami belum pernah sekalipun bertemu (dan aku sangat menantikan kesempatan itu). Tapi kedekatan kami tidak perlu ditanyakan lagi. Aku adalah orang yang ‘terlalu membutuhkan’ Uni sampai-sampai tak rela menghapus sms-smsnya di HP ku. Aku adalah seorang yang selalu tampil dengan image mandiri, tegar dan penuh semangat tapi menjadi sangat manja setiap dengannya. Seperti yang sudah kukatakan, aku seperti menemukan sosok baru yang begitu kusayangi. Tak hanya itu, setiap perkataannya juga selalu kuturuti walaupun kutahu kalaupun aku berbohong dia tidak akan melihatnya. Tapi kembali lagi, entah apa yang menggerakkanku untuk selalu menurutinya dan selalu ingin membuatnya bahagia, membuatnya nyaman menganggapku adik dan tidak pernah mengecewakannya.
Aku yang beberapa minggu lalu sedang berada di Bekasi untuk sebuah pekerjaan, dengan senang hati menuruti kata-katanya untuk makan atau tidak makan sesuatu, aku yang biasanya hanya tilawah beberapa halaman akan menambah jumlah halaman karena semangat yang terus menerus diberikan Uni, aku akan langsung terbangun ketika membaca sms Uni setiap dini hari yang mengingatkanku untuk sholat Tahajud. Bisa saja aku membohonginya dan mengatakan ‘iya’ untuk semua pesan yang diucapkannya. Toh, dia tak akan melihat apakah aku melakukannya atau tidak kan?
Tapi aku tak bisa! Ketika aku mengatakan ‘iya’, maka itu bukanlah kebohongan. Aku benar-benar menurutinya. Menuruti orang asing yang tinggal beribu-ribu kilometer jauhnya dari tempatku berada sekarang. Karena sungguh, aku menyayanginya. Aku menyayangi dan benar-benar menganggapnya kakakku..
Maka untukmu, Uniku sayang, tulisan ini kubuat..
Terima kasih telah menjadi kakak yang terbaik untukku walaupun tak pernah sekalipun kita bertemu..
Terima kasih telah menyayangiku sepenuh jiwa, membangunkanku untuk sholat tahajud setiap malam, menyemangatiku untuk menambah jumlah halaman setiap kali tilawah Alqur’an dan memberiku segudang perhatian itu..
Aku menyayangimu, seperti aku menyayangi orang-orang di kehidupan nyataku..
Aku menyayangimu, walaupun hanya sebuah ruang abstrak yg membuat kita bertemu..
Maka ijinkanlah aku tetap menjadi adikmu, tetap menyayangimu..
Biarlah jarak memisahkan kita, biarlah sms-sms dan telepon itu satu-satunya kesempatan kita untuk bertemu, tapi toh kita selalu bisa menangis dan tertawa bersama, bahkan berpelukan dan saling menguatkan, kan?!
Aku sangat merindukanmu, Uniku..
Aku ingin ketika aku menangis karenamu, kau ada disisiku..
Aku ingin ketika aku butuh penyemangat, kau ada disampingku dan menyuarakan kata-kata ajaib itu..
Aku ingin ketika aku sendiri, Uni datang menemaniku..
Ah, tapi bukankah sms dan teleponmu selalu rajin menyapaku setiap saat?
Bukankah kau satu-satunya orang yang menanyakan dengan detail apa yang sedang kulakukan, apa yang hendak kulakukan, apa saja kegiatanku dan bagaimana kabarku?
Bukankah dunia maya ini lah tempat pertemuan terindah kita setiap saat?
Aku ingin menemuimu suatu saat nanti, Uniku sayang..
Dan sebelum kesempatan itu datang, mengenalmu di dunia maya dan menjadikanmu Uni-ku adalah satu kesempatan paling luar biasa yang pernah kumiliki..
Aku menyayangimu, sangat menyayangimu..
Dear Panitia:
*) Mohon maaf karena beberapa alasan saya tidak bisa menyebutkan nama asli tokoh yang saya maksud dalam cerita saya, tapi saya bisa memberikan alamat email/nomor telepon beliau jika perlu untuk mengkonfirmasi kebenaran cerita.
Lalu, mau tanya apakah hasil ‘lirik-lirik penulis’ yang dibilang mbak Aulia Zahro dalam pengumuman lomba sudah membuahkan hasil? Kalau iya, usul saya hadiah untuk pemenang ditambah dengan mensponsori untuk bertemu orang di dunia maya yang diceritakannya saja.. kan banyak tuh, yang berhubungan sangat akrab di dunia maya tapi belum pernah bertemu. Seperti saya contohnya, hehehe (jadi makin berharap jadi pemenang deh :D). Terima kasih untuk kesempatan menulis kisah ini, semoga meskipun berawal dari dunia maya silaturahmi kita bisa terus terjaga. Amin.. salam semangat!
----------------------------
INFO LOMBA:
http://www.facebook.com/notes/aulia-zahro/wajib-dibaca-buat-para-calon-peserta-lomba/10150213270365982#!/note.php?note_id=10150190287595982
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/05/14/lomba-menulis-kisah-nyata-dunia-maya/
http://putrilan9it.multiply.com/journal/item/185/Lomba_Menulis_Kisah_Nyata_Dunia_Maya