Sumberjo Margomulya Bersatu ````

AKU BANGGA JADI ANAK INDONESIA
Selamat Datang Di Blog SUMARATU {sumberjo margomulyo bersatu} COMMUNITY ^_^ Terimakasih Untuk kunjungannya ^_^ Semoga Anda Bahagia

Berita Duka Dari SUMARATU 16 nyawa melayang



Bojonegoro - Sebuah truk tronton pengangkut semen menyeruduk tenda pengantin di Dusun Kedungkrambil, Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (12/7) malam. Akibatnya, 16 orang yang sedang menonton pentas ketoprak yang digelar pemilik hajatan tewas di tempat, 10 luka berat dan 6 orang luka ringan.

Peristiwa itu terjadi di Jalan Raya Ngawi-Bojonegoro Km Cepu 2890, Selasa (12/7), sekitar pukul 23.00. Informasi yang peroleh di lokasi kejadian menyebutkan, peristiwa memilukan itu bermula saat sebuah truk L 8286 UH yang dikemudikan Abdurrahman melaju dari arah Bojonegoro menuju Ngawi. Begitu melintas di Dukuh Kedungkrambil, pengemudi truk pengangkut semen tersebut berniat menyalip pikap AE 8896 JA di depannya.

Tak disangka, dari arah berlawanan melaju truk tangki L 8415 UN bermuatan semen curah yang dikemudikan Nasrulloh. Akhirnya, kedua kendaraan berat itu bertabrakan hingga menyeruduk tenda pengantin yang dipenuhi tamu undangan yang sedang asyik menyaksikan pementasan ketoprak di acara mantenan tersebut.

Kendaraan yang dikemudikan Abdurrahman menewaskan penonton yang berada di sisi barat atau di depan dapur milik Mari (49), tuan rumah yang menggelar pentas ketoprak untuk merayakan pernikahan putranya, Widodo yang mempersunting seorang gadis bernama Suparni.

Sebanyak 13 penonton ikut terlindas truk, dan lima di antaranya tertimpa semen. Begitu terperosok dan menimpa dapur, sopir tersebut langsung melarikan diri. Dapur milik Mari hancur berkeping-keping.

Sedangkan truk tangki yang dikemudikan Nasrulloh menewaskan tiga orang yang sedang menonton di sisi timur jalan raya. Kendaraan itu akhirnya terperosok ke areal persawahan sedalam 2,1 meter. Sementara kendaraan pikap yang dikemudikan Mulyadi selamat.

Para korban kemudian dilarikan ke RSUD Ngawi dan RS Widodo Ngawi. Mereka dibawa ke Ngawi karena jaraknya lebih dekat dibandingkan Bojonegoro, yaitu sekitar 12 km dari lokasi kejadian. Selain itu, ada pula yang dibawa ke Puskesmas Margomulyo.

Kejadian itu sempat membuat arus lalu lintas terhambat. Sebab, ratusan warga masih bertahan di sana untuk menyaksikan peristiwa tersebut. Petugas dari Polda Jatim, Polres Bojonegoro, Dishub dan DLLAJ Jatim, baru bisa mengevakuasi kendaraan pada Rabu sore sekitar pukul 14.30.

Usai mempimpin olah TKP dan proses evakuasi, Kasubdit Bin Gakkum Ditlantas Polda Jatim, Kompol Ade Syafri Simanjutak menyebutkan, kesimpulan awal yang diperolehnya membuktikan bahwa sopir Abdurrahman diduga bersalah dalam kecelakaan tersebut. Sebab, dia berusaha menyalip pikap sejak dari tikungan yang tak jauh dari TKP. Padahal, marka pada jalan raya tersebut bergaris utuh.

’’Kesimpulan awal yang diperoleh tim, pengemudi truk bermuatan semen bersalah. Sebab, dia berusaha menyalip di marka garis utuh,’’ kata Kompol Ade.

Pihaknya terus mendalami kasus kecelakaan tersebut, termasuk mencari tahu apakah kendaraan itu masih laik jalan atau tidak. ’’Masih didalami terus faktor-faktor yang lain,’’ tambahnya.

Sementara itu, UPT Dinas Bina Marga Jatim Soedarsono mengungkapkan, pihaknya menemukan fakta di lapangan bahwa truk bermuatan semen tersebut menyalahi aturan karena melintas di jalan tersebut. Sesuai perundangan yang berlaku, truk bermuatan melebihi 8 ton tidak diperkenankan melintas di jalan kelas tiga. ’’Kelihatannya, muatan di dalam truk itu melebihi batas. Kami akan menyelidiki lagi’’.

KORBAN

Pardi (55) dan Sariyem (45), warga Dusun Batang, Desa/ Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro itu tak henti-hentinya meratapi kepergian Budi Triono (19), anak angkat semata wayang yang ikut jadi korban tabrakan beruntun saat menonton ketoprak Mustiko Budoyo dari Blora, Jawa Tengah untuk memeriahkan pesta pengantin di rumah Mari
Saat itu, kata Sariyem, mereka sekeluarga sejak sore hari berangkat dari rumahnya yang berjarak sekitar 6 km dari rumah Mari di Margomulyo dengan menumpang dua sepeda motor. “Saya boncengan dengan bapak-nya (Pardi) dan Budi Triono (korban meninggal) memboncengkan Mbah-nya Slamet,” kata Sariyem kepada Surya, sambil berusaha menenangkan Pardi suaminya yang shock, di depan kamar jenazah RSUD Dr Soeroto, Ngawi, Rabu (13/7).
Sariyem dan Pardi tidak punya firasat apa pun sebelum terjadinya kecelakaan beruntun yang menelan belasan korban meninggal itu. “Tidak ada firasat. Semua seperti biasa. Kami sekeluarga sesampainya di rumah Pak Mari, duduk berderet di pinggir jalan, seperti penonton lainnya,” tambahnya
Dalam kecelakaan beruntun itu, selain anak angkatnya, Sariyem dan Pardi juga kehilangan Slamet, orangtuanya yang saat itu duduk berdampingan dengan Budi Triono
“Waktu kecelakaan itu, ketoprak masih tari-tarian dan tiba-tiba semua jadi gelap dan suara jerit dan gemuruh jadi satu. Saya, suami saya, Budi Triano, dan Slamet, pisah melarikan diri,” kata Sariyem sambil mengusap punggung Pardi suami yang tidak bisa menjawab ketika Surya mengajak berbicara
Sebetulnya, lanjut Sariyem, Budi Triono itu anak Katemi (55), kakak Pardi yang tinggal di Desa Kesongo, Kedungputri, Ngawi. Namun, sejak bayi Budi Triono diasuh pasangan Pardi dan Sariyem. Karena saat Budi Triono masih bayi, suami Katemi meninggal dunia. Pasangan Pardi dan Sariyem tinggal di Dusun Batang, Desa/ Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro
“Dia (Budi Triono) memang bukan anak kandung saya. Tapi saya sudah mengasuhnya sejak masih bayi. Saya tidak mengira Budi pergi dengan cara seperti ini,” kata Sariyem dengan suara perlahan
Kecelakaan itu juga menimbulkan luka mendalam bagi Lasmi (31), warga Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo yang saat itu sedang asyik menonton acara itu bersama suaminya Samiran (36) dan anaknya yang masih balita, Ira (3)
Ira dan Samiran dipastikan tewas dalam kecelakaan tersebut, sedangkan Lasmi mengalami luka patah kaki dan kini dirawat di RSU dr Widodo, Kabupaten Ngawi.
Berikut Nama-nama korban Meninggal

1.Anto (16) warga Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo.
2. Sundari Warga Margomulyo
3. Budi (19) Warga Margomulyo
4. Rubi
5 Edi Purnomo Warga Desa Meduri
6 Ira (3) Warga Desa Margomulyo
7. Wahyu (16)
8 Sumanggiono (18) warga Desa Margomulyo
9 Suranto (35)
10.Naryo (35) warga Margomulyo,
11. Bambang (19)
12. Slamet (59) Warga Margomulyo,
13. Yanto (41)
14. Warsono (31) warga Margomulyo
15. 5. Ribiyanto.
16. Tamiran



FOTO












































  •  








  • LOMBA DUNIA MAYA: SEORANG PEREMPUAN YANG KUPANGGIL UNI

    “Terkadang, dunia maya memberi apa yang tidak kita dapat dan kita miliki di dunia nyata”

    Dunia maya, bagiku tak lebih dari sebuah ruang dimana semua hal serba abstrak, imajinatif dan bebas. Dunia yang bisa saja menyuarakan kebohongan besar yang terlihat menarik ataupun sebaliknya, menyuarakan kebenaran dan kejujuran yang terlalu sulit untuk diungkapkan di dunia nyata. Banyak hal terjadi di dunia maya mulai dari hal yang menyenangkan dan membahagiakan yang diakhiri dengan happy ending di dunia nyata sampai kejadian-kejadian yang justru membawa dampak negatif bagi pelakunya.

    Dari awal aku mengenal dunia ini, aku berobsesi untuk menjadikannya sebagai tempat baru untuk berkeluh kesah, tempat baru untuk curhatan. Tempat berbagi cerita dan menemukan teman-teman yang bisa memahamiku. Teman yang bisa mengerti akanku tanpa harus bertatap muka. Aku merindukan orang-orang ‘abstrak’ yang bisa menguatkanku kala sedih, tertawa bersamaku ketika bahagia, dan bisa selalu hadir meskipun hanya dalam kata. Dan sungguh, ternyata itu bukan mimpi. Dunia maya telah memberiku seorang yang kuinginkan…

    Maret 2011,
    Perempuan itu *) menjadi satu diantara beberapa orang yang meminta hubungan pertemanan denganku di FB. Seperti kebanyakan ‘calon teman’ FBku, aku tak terlalu menghiraukan siapa dia. Kukonfirmasi permintaan pertemanannya dan sudah. Kami berteman, dan tidak saling mengenal..

    Apalagi ketika kutahu orang itu sangat jarang update status. FBnya selalu sepi, temannya pun tak banyak. Bukan type orang yang ‘populer’ dan ‘rame’. Di profilenya hanya tertera ulasan singkat bahwa dia sudah menikah, aktifitasnya ‘ngajar’, agamanya islam dan satu kata ‘aku’ di bagian biography. Di barisan foto-fotonya ada foto dirinya bersama 2 anak kecil dan suaminya, juga seorang lagi anak kecil yang sepertinya baru lahir dalam foto terpisah. Jadi kesimpulanku, orang itu hanya seorang guru sekaligus istri dan ibu dari 3 anak yang tidak suka ngobrol, membuat akun Facebook hanya untuk mengikuti perkembangan zaman dan mungkin ingin disebut ‘gaul’. Ah, biasa saja! Tak jauh beda dengan ratusan temanku yang lain.

    Sampai suatu hari sebuah sms dari nama yang sama masuk ke HPku. Entah dari mana dia mendapat nomorku kala itu, mungkin sebelumnya telah memintaku atau dari profile ku di FB. Aku lupa. Isi smsnya pun tak terlalu penting, hanya menitipkan salam kepada salah seorang penulis senior negeri ini yang kebetulan tinggal di kotaku dan aku mengenalnya. Itu saja. Sejak saat itulah aku baru tahu sedikit tentangnya, dia adalah satu diantara banyak sekali orang yang mengagumi penulis yang dikiriminya salam itu. Sering sms-nya mulai dibumbui ‘basa-basi’ seperti ‘Lg apa de?’, ‘Mlm de’,  dsb. Tapi tetap saja, ujung-ujungnya adalah salam untuk penulis itu. Ah, sudah biasa! Ada beberapa orang menitipkan salam serupa pada orang itu jadi aku sudah hafal, apapun smsnya akhirnya pasti adalah salam padanya.

    Kadang membuatku iri, enak sekali ya jadi penulis?! Banyak orang mengidolakan tak mengenal jarak hanya karena barisan kata-kata yang dibuatnya dan seringkali tanpa harus bertemu langsung. Karena belakangan kutahu bahwa perempuan itu berasal dari sebuah kota di Sumatra Barat bernama Muaralabuh, jauuhh sekali dari tempat tinggalku di Ngawi-Jawa Timur.

    Satu dari banyak sms ‘salam-salam’nya kira-kira begini:

    De, bilangin ke mbak xx (nama penulis), Uni kangeeeen”

    Uni? Apa itu Uni? Kedengarannya unik. Ternyata artinya adalah ‘kakak’ dalam bahasa Minang. Maka aku yang biasa memanggilnya ‘Mbak’ mulai terbiasa dengan satu kata itu: Uni.
    Kuputuskan untuk memanggilnya menggunakan nama panggilan baru. Uni.

    Semakin lama semakin intens kami berkomunikasi via sms. Dalam sehari selaluu saja ada sms-nya masuk, atau kalau tidak akupun pasti meng-sms  nya. Tak tahu kenapa, kesan ‘tidak asyik’ yang sedari awal kusematkan padanya mulai hilang. Aku mulai menikmati kebersamaanku dengannya, dan topik ‘salam-salam’ itupun sedikit demi sedikit berganti.

    Entah sekedar sms ‘Lg apa?’  atau sms remeh temeh semacam itu, aku selalu membalasnya. Belakangan kutemukan sosok yang sangat perhatian dalam jiwa perempuan yang mengabdikan diri sebagai pengajar di sebuah SMK dan juga dosen di sebuah PTS itu. Mungkin juga karena aku tidak memiliki kakak (kakakku meninggal ketika masih bayi) dan aku terlalu disibukkan dengan kuliah dan pekerjaanku yang sering sekali menyita waktu dan pikiran, seperti harapanku  aku justru seperti menemukan tempat baru untuk berkeluh kesah. Tempat baru untuk bermanja. Tak pernah aku melakukan ini sebelumnya. Semua orang yang mengenalku selalu mengidentikkan diriku dengan seorang gadis yang mandiri, tegar, unbreakable dan tak pernah mengeluh. Tapi aku juga manusia, aku tak bisa sesempurna itu. Mengeluh pada orang tuaku di kampung, bukan pilihan bagus menurutku. Yang ada mereka akan terlalu memikirkanku, aku tak ingin mereka berpikir aku kenapa-kenapa. Pada mereka selalu kukatakan bahwa aku baik-baik saja.

    Ada perasaan bahagia yang aneh ketika setiap hari HPku terisi sms-sms nya. Mungkin begini rasanya memiliki seorang kakak, memiliki seseorang untuk bermanja dan meminta perhatian.
    Dan akupun menyayanginya…


    25 Mei 2011

    Waktu akhirnya membawa kami berdua menjadi sangaaat dekat. Dua bulan setelah perkenalan di dunia maya itu aku benar-benar sudah menganggap perempuan itu kakakku, dan dia mengangapku adiknya karena memang dia adalah anak bungsu di keluarganya alias tidak punya adik, begitu katanya. Tak pernah ada sehari pun terlewat tanpa sms-sms untuknya. Aku bisa tetap meng-smsnya sembari membuat makalah untuk tugas kuliahku, mengetik sms dengan tangan kiri sementara tangan kanan menerima telepon pelamar kerja (aku bekerja di BKK/penyalur tenaga kerja) bahkan aku bisa mengirimkan sms sambil memperhatikan dosen di depan kelas! Parah kan?!

    Sore itu, tak seperti biasanya Uni tak membalas sms-ku. Tanpa sebab yang jelas, tanpa alasan apapun. Aku yang sudah terlanjur ‘ketergantungan’ sms nya menjadi sangat kalut, sangat merindukan sms-nya sampai-sampai konsentrasiku kacau. Padahal hanya sebuah sms! Ya, begitulah perempuan itu telah dengan sukses menyihirku, menantikan smsnya saja bisa dengan mudah membuatku menangis..

    maaf De td msh ada acara, lp ga sms”
    tulisnya setelah aku menunggu sms-nya berjam-jam, sebuah permintaan maaf biasa padahal kala itu aku sudah menangis.

    udah nangis tauk. Aku sms dr td ga ad blsn.. :(”
    begitu kukirimkan balasan padanya.

    Lalu aku tidur, membawa rasa sebel dan kecewa karena sms-sms itu. Tak kuhiraukan lagi HPku, kubuat dalam mode silent dan tak ingin melanjutkan sms-an dengan Uni. Aku marah!

    Tengah malam, ketika aku terbangun, iseng kubuka HPku dan ada 62 kali panggilan tak terjawab!
    Astaghfirullahaladzim…
    Semuanya dari Uni!
    Dan beberapa sms masuk, juga tulisan ‘No space for new message’ di layar Nokia-ku.

    beneran nangis adku?”

    “De, maafin Uni. Uni jg nangis.”

    “Knp gadis kecil ini bs membuatku menangis… :(”

     Dan banyak sms lain. Kubalas satu persatu sms-nya, kukatakan bahwa aku sudah melupakannya dan aku baik-baik saja. Tapi kembali tak ada satupun sms kuterima, tengah malam sampai jam 3 pagi aku menunggu smsnya namun tak ada satupun sms masuk. Balasan pertama nya baru kuterima sekitar jam 4 pagi. Sebuah sms yang seketika itu juga membuatku merasa sangat bersalah..

    Uni lg di RS. Di infus. :(”

    Ya Allah.. aku baru tahu bahwa Uni punya sakit asma dan akan kambuh ketika terlalu capek, kedinginan, terlalu memikirkan sesuatu, dan sebagainya apalagi ditambah begadang. Dan salah satu alasannya tidak tidur hingga jam 2 malam adalah hanya untuk mencoba meneleponku! Allah, betapa bodohnya aku yang telah men-silent HPku dan membiarkan Uni terlalu memikirkanku..

    Detik itu pula aku menangis.. betapa jarak yang memisahkan kami berdua sepertinya telah hilang. Ingin sekali aku memeluk Uniku, memohon maaf padanya atas semua kesalahan dan kebodohanku, juga sikapku yang kekanak-kanakan. Aku bisa merasakan dengan nyata bagaimana kebingungan Uni menghubungiku untuk sekedar mengucap maaf dan mengharap aku tak lagi ngambek, aku bisa merasakan bahwa Uni benar-benar menangis malam itu.. karena akupun menangis!

    Keesokan harinya akhirnya kami bisa saling menyapa lewat telepon. Kami berbincang hanya beberapa saat, tak sampai setengah jam. Namun percakapan sesingkat apapun dengannya selalu saja sangat berarti untukku. Kami berdua tertawa dan menangis bersama dalam satu waktu. Kami berdua saling berpelukan lewat kata dan suara. Kutahu aku sangat menyayanginya seperti aku menyayangi orang-orang di sekitarku, walau belum pernah sekalipun aku bertemu dengannya. Aku menyayanginya.. sangat menyayanginya!

    Maka begitulah hari-hariku bergulir. Tak pernah ada satu hari pun berlalu tanpa sms/telepon Uni. Kami tidak pernah bertemu di dunia nyata, maka sms dan telepon itulah ‘pertemuan’ kami. Walaupun hanya sms berisi 3 huruf ‘Uni’ atau sebaliknya hanya ‘De’, itupun akan sangat berarti!

    Aku sendiri heran dengan kedekatan kami. Seolah ada seutas benang tak kasat mata yang telah menautkan hati kami berdua sampai-sampai aku ‘terlalu’ menyayanginya. Aku tak pernah bisa menahan diri untuk tidak meng-sms nya walau kutahu dia amat sibuk, aku juga tak pernah bisa mendiamkan sms-nya. Apapun sms-nya akan selalu berusaha kujawab. Bahkan aku rela membeli kartu perdana baru  hanya agar bisa lebih intens berkomunikasi dengannya, untuk bisa lebih sering mendengar suaranya!

    Tak jarang hanya sms berisi satu kata ‘kangen’ kukirim padanya, yang segera dijawab dengan kata yang sama. Kami berdua menjadi ‘kangen setiap saat’ dan tak pernah bisa menahan diri untuk tidak sms. Aku sendiri tak tahu kenapa kami bisa sedekat ini, yang kutahu adalah aku begitu menyayanginya dan menikmati kebersamaan indah ini. Menyayanginya dengan sangat sebagai kakakku, kakak yang memang sebelumnya tak pernah kumiliki.

    Aku ingat benar beberapa kali aku menangis tak jelas hanya karena menunggu sms-nya, Pekerjaanku kacau hanya karena aku terlalu memikirkan Uni, konsentrasiku di pekerjaan maupun perkuliahan berkurang hanya karena dalam satu hari tersebut aku belum mendengar suaranya, dan masih banyak lagi ‘keanehan’ yang sangat kunikmati. Dengan cara yang susah kutuliskan dengan kata-kata, Uni telah berhasil mengambil satu ruang dihatiku, menjadi teman maya yang paling akrab, paling dekat dan paling kusayang.

    Memang, kami belum pernah sekalipun bertemu (dan aku sangat menantikan kesempatan itu). Tapi kedekatan kami tidak perlu ditanyakan lagi. Aku adalah orang yang ‘terlalu membutuhkan’ Uni sampai-sampai tak rela menghapus sms-smsnya di HP ku. Aku adalah seorang yang selalu tampil dengan image mandiri, tegar dan penuh semangat tapi menjadi sangat manja setiap dengannya. Seperti yang sudah kukatakan, aku seperti menemukan sosok baru yang begitu kusayangi. Tak hanya itu, setiap perkataannya juga selalu kuturuti walaupun kutahu kalaupun aku berbohong dia tidak akan melihatnya. Tapi kembali lagi, entah apa yang menggerakkanku untuk selalu menurutinya dan selalu ingin membuatnya bahagia, membuatnya nyaman menganggapku adik dan tidak pernah mengecewakannya.

    Aku yang beberapa minggu lalu sedang berada di Bekasi untuk sebuah pekerjaan, dengan senang hati menuruti kata-katanya untuk makan atau tidak makan sesuatu, aku yang biasanya hanya tilawah beberapa halaman akan menambah jumlah halaman karena semangat yang terus menerus diberikan Uni, aku akan langsung terbangun ketika membaca sms Uni setiap dini hari yang mengingatkanku untuk sholat Tahajud. Bisa saja aku membohonginya dan mengatakan ‘iya’ untuk semua pesan yang diucapkannya. Toh, dia tak akan melihat apakah aku melakukannya atau tidak kan?
    Tapi aku tak bisa! Ketika aku mengatakan ‘iya’, maka itu bukanlah kebohongan. Aku benar-benar menurutinya. Menuruti orang asing yang tinggal beribu-ribu kilometer jauhnya dari tempatku berada sekarang. Karena sungguh, aku menyayanginya. Aku menyayangi dan benar-benar menganggapnya kakakku..

    Maka untukmu, Uniku sayang, tulisan ini kubuat..
    Terima kasih telah menjadi kakak yang terbaik untukku walaupun tak pernah sekalipun kita bertemu..
    Terima kasih telah menyayangiku sepenuh jiwa, membangunkanku untuk sholat tahajud setiap malam, menyemangatiku untuk menambah jumlah halaman setiap kali tilawah Alqur’an dan memberiku segudang perhatian itu..
    Aku menyayangimu, seperti aku menyayangi orang-orang di kehidupan nyataku..
    Aku menyayangimu, walaupun hanya sebuah ruang abstrak yg membuat kita bertemu..

    Maka ijinkanlah aku tetap menjadi adikmu, tetap menyayangimu..
    Biarlah jarak memisahkan kita, biarlah sms-sms dan telepon itu satu-satunya kesempatan kita untuk bertemu, tapi toh kita selalu bisa menangis dan tertawa bersama, bahkan berpelukan dan saling menguatkan, kan?!

    Aku sangat merindukanmu, Uniku..
    Aku ingin ketika aku menangis karenamu, kau ada disisiku..
    Aku ingin ketika aku butuh penyemangat, kau ada disampingku dan menyuarakan kata-kata ajaib itu..
    Aku ingin ketika aku sendiri, Uni datang menemaniku..

    Ah, tapi bukankah sms dan teleponmu selalu rajin menyapaku setiap saat?
    Bukankah kau satu-satunya orang yang menanyakan dengan detail apa yang sedang kulakukan, apa yang hendak kulakukan, apa saja kegiatanku dan bagaimana kabarku?
    Bukankah dunia maya ini lah tempat pertemuan terindah kita setiap saat?

    Aku ingin menemuimu suatu saat nanti, Uniku sayang..
    Dan  sebelum kesempatan itu datang, mengenalmu di dunia maya dan menjadikanmu Uni-ku adalah satu kesempatan paling luar biasa yang pernah kumiliki..
    Aku menyayangimu, sangat menyayangimu..




    Dear Panitia:
    *) Mohon maaf karena beberapa alasan saya tidak bisa menyebutkan nama asli tokoh yang saya maksud dalam cerita saya, tapi saya bisa memberikan alamat email/nomor telepon beliau jika perlu untuk mengkonfirmasi kebenaran cerita.

    Lalu, mau tanya apakah hasil ‘lirik-lirik penulis’ yang dibilang mbak Aulia Zahro dalam pengumuman lomba sudah membuahkan hasil? Kalau iya, usul saya hadiah untuk pemenang ditambah dengan mensponsori untuk bertemu orang di dunia maya yang diceritakannya saja.. kan banyak tuh, yang berhubungan sangat akrab di dunia maya tapi belum pernah bertemu. Seperti saya contohnya, hehehe (jadi makin berharap jadi pemenang deh :D). Terima kasih untuk kesempatan menulis kisah ini, semoga meskipun berawal dari dunia maya silaturahmi kita bisa terus terjaga. Amin.. salam semangat!

    ----------------------------


    INFO LOMBA:

    http://www.facebook.com/notes/aulia-zahro/wajib-dibaca-buat-para-calon-peserta-lomba/10150213270365982#!/note.php?note_id=10150190287595982


    http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/05/14/lomba-menulis-kisah-nyata-dunia-maya/

    http://putrilan9it.multiply.com/journal/item/185/Lomba_Menulis_Kisah_Nyata_Dunia_Maya

    2,5 JAM BERSAMA GURU KEHIDUPAN

     Di tiket bus Rosalia Indah-ku tertera jam keberangkatan pukul 16.30 dari Bulakkapal-Bekasi, karena semua pekerjaanku sudah selesai (termasuk maksi dan blanja blanji :p), jam 15.30 aku sudah nongkrong  di pool (sebutan untuk agen bus) di depan kantor Depsos itu. Kudapati semua bangku di ruang tunggu penuh, maka akhirnya aku nunggu bis di Mushola, sembari men-charge HPku.

    Menunggu, menunggu, menunggu… jam 16.15 aku ke loket, menanyakan apakah bus akan segera datang/belum. Ternyata belum, dan tidak ada info apa-apa! Hufh, nunggu lagi dueh! Karena beberapa orang sudah naik bis yang sebelumnya datang, maka sudah banyak bangku kosong di ruang tunggu sehingga aku bisa mengambil tempat disana. Tak jauh-jauh dari tempatku sebelumnya, aku duduk di depan Mushola. Sembari melihat sekeliling, mengira-ngira siapa yang akan duduk sebangku denganku di bus Super Executive Class (ehem!) itu. Sudah menjadi pahamku, orang-orang yang naik bis kelas ini pasti bukan orang-orang sembarangan. Kebanyakan OKB alias Orang Kaya Banget (:p) atau OTK alias Orang Terlanjur Kaya macam bang Madit Musyawaroh :D. Aku? Ah, naik bis ini karena kebetulan yang tersisa tinggal kelas itu saja, nggak ada pilihan lain! Daripada nggak bisa pulang?!

    Ada seorang Bapak pakai kacamata tebel, khas orang pinter, baca Jurnal Pertamina. Wuih.. pejabat Pertamina kayaknya. Lalu ada rombongan keluarga kecil bahagia, Ibu-bapak dan dua anak kembar bernama Fathur dan Fathir (karena di kaosnya tertera tulisan itu), ada pula keluarga lain dengan satu anak kecil sekitar 4 tahun-an (belakangan kutahu kedua keluarga itu nggak naik bis, hanya mengantar keluarga mereka! :D). Yang lain seperti biasanya penumpang bis kelas ini, lelaki paruh baya dengan Hape touch screen yang tak pernah lepas dari genggaman, ibu-ibu berdandan menor dengan barang-barang ber-merk dan gadis-gadis bohay dengan tampang super cantik+seksi. Mantaps!

     Siapa ya teman sebangkuku? Ah, siapapun dia aku tak begitu berminat untuk ngobrol banyak kala itu, karena amat sangat lelah sekali banget!, nggak tahu kenapa leherku sakiiit banget mungkin salah posisi tidur di bis malam sebelumnya :(

    Bis akhirnya datang jam 17.30, molor 1 jam dari jadwal semula. Dari pengemudi bis akhirnya aku tahu bis telat karena di Jakarta sempat terjebak kemacetan akibat Justin Bieber (entah penontonnya atau rombongan si JB sendiri). Aku dapat tempat duduk nomor 2B, artinya sebangku dengan pemilik tiket 2C, berbeda kalau saja aku dapat tiket 2A karena tempat duduknya diatur dgn sistem 2-1 alias 2 tempat duduk di kanan dan hanya satu tempat duduk di kiri.


    GURU KEHIDUPAN

    Beberapa saat setelah aku duduk, seorang bapak (kutaksir berumur 45-an) menghampiri tempat dudukku dan mengucap permisi. Olala.. beliaulah teman sebangkuku! Wajahnya sangat kebapakan, penampilannya rapi, tampak nyentrik dengan celana jins biru dan kaos lengan panjang bergaris.

    Seperti biasa, percakapan ‘basa-basi’ seputar turun mana dan darimana mengawali obrolan kami. Di tanganku masih ada novel Lukisan Bidadari (Pipiet Senja) yang hendak kubaca, namun si Bapak sepertinya ingin bercerita banyak. Mulailah beliau bercerita tentang ‘kegemaran’nya travelling kemana-mana. Wah.. seru nih! Seketika aku langsung tertarik mendengar cerita demi  ceritanya. Kututup bukuku (karena hari juga semakin gelap) dan memasukkannya ke dalam ransel, mengalihkan perhatian sepenuhnya pada si Bapak yang makin lama makin seru ceritanya, lebih seru ketika beliau menceritakan kisah kehidupannya. Tak berlebihan jika di akhir aku menyebutnya ‘Guru Kehidupan’. Begini ceritanya..

    Lahir sebagai anak kedua dari sepuluh bersaudara, si Bapak berhasil menamatkan sekolah hingga STM (SMK). Kakak beliau perempuan dan sudah berkeluarga sehingga orang tua memberinya tanggung jawab untuk membantu menyekolahkan adik-adik yang jumlahnya 8. Hal inilah yang kemudian diceritakannya sebagai ‘motivasi’ untuk bekerja keras; karena kepercayaan orang tua!

    Pertama, beliau bekerja pada sebuah pabrik di Semarang-Jawa Tengah, pekerjaannya mengelas dan memotong besi. Sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya di STM. Namun gaji yang diterimanya dirasa kurang memadai dan pekerjaan tsb terasa terlalu berat. Setelah 6 bulan berlalu, beliau memutuskan untuk keluar dan mencari pekerjaan lain.

    Pekerjaan selanjutnya yang akhirnya dilakoni si Bapak adalah sebagai Kernet bis umum jurusan Solo-Kediri. Oya, beliau tinggal di Boyolali-Jawa Tengah. Gajinya kala itu Rp. 2.500 per bulan, di tahun 70’an, uang itu adalah jumlah yang lumayan. Dan posisinya sebagai Kernet tidak bertahan lama karena akhirnya beliau menjadi Kondektur. Naik pangkat ceritanya.. :D

    Orang tua beliau yang tahu bahwa anaknya bekerja sebagai Kondektur bis (awalnya pekerjaan ini dilakukan secara diam-diam) tidak setuju dan menganggap pekerjaan tsb tidak cocok utk lulusan STM sepertinya. Maka di daftarkanlah beliau oleh Ayahnya ke Dinas Penghasilan kota Surakarta. Walau tidak begitu suka bekerja sebagai tenaga honorer, karena itu adalah titah orang tua, si Bapak akhirnya menerima pekerjaan itu. Meski kembali tidak bertahan lama.

    Hengkang dari Dinas Penghasilan, beliau ke Jakarta (mengikuti kakaknya) dan berniat bekerja apapun asal tidak menggantungkan diri pada sang kakak. Mulailah beliau menjadi loper Koran di siang hari dan membantu penjual sate di malam hari dengan upah makan gratis. Semua dilakukan dengan ikhlas dan sebagian besar hasil kerjanya sebagai loper Koran tentu di tabung utk membantu biaya pendidikan adik-adik beliau.

    Kesempatan lain datang, beliau diajak seseorang untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Dengan modal kemampuan mencangkul tanah di kampungnya, beliau menjadi kuli aduk semen selama 9 bulan di rumah salah satu orang penting di masa pemerintahan sekitar tahun 1970-an. Kalau tidak salah dirumah Sekertaris Negara kala itu (aku agak lupa jabatannya, pokoknya orang penting). Karena keuletan beliau, si majikan menaruh simpati. Diberikannya uang ekstra untuk beliau naik becak pulang karena setiap hari selalu berjalan kaki dan gaji beliau selama 9 bulan tsb juga tidak pernah diambil (walau uang ‘transport’ itu akhirnya tidak juga digunakan untuk naik becak tp lebih memilih untuk ditabung). Gaji tersebut baru diambilnya ketika pekerjaan benar-benar selesai (di bulan ke-9) dan kesemuanya dikirimkan ke kampung untuk biaya sekolah adik-adiknya! Salah seorang adiknya bahkan telah menamatkan kuliah di Fakultas Sospol sebuah universitas di Solo dan berhasil menjadi seorang camat! Sementara beliau masih setia dengan kehidupan keras di Jakarta.


    Selesai pekerjaan dirumah ‘orang penting’, beliau berharap pekerjaan pada majikannya itu. Siapa tahu ada pekerjaan di instansi pemerintahan yang cocok untuknya. Namun sayang sang Majikan tidak memiliki apa yang diharap si Bapak. Maka karena simpatinya pada si Bapak, majikan tsb memberi uang padanya setiap hari sebesar Rp. 900 untuk mencari kerja. Jadi beliau dipersilakan mencari pekerjaan sendiri namun justru dibayar. Saking simpatinya getoo..

    Sampai pada akhirnya ketua RW tempat beliau tinggal mengatakan bahwa ada sebuah perusahaan Jepang sedang mencari tenaga operator produksi. Masuklah si Bapak dengan pengalamannya bekerja selama 6 bulan di Semarang setelah lulus STM. Pendek kata beliau diterima dan bekerja di perusahaan itu sampai 20 tahun! Pekerjaannya selalu sempurna dan jarang sekali tidak masuk kerja. Salah satu teman kerjanya sesama operator produksi bahkan sampai diangkat menjadi direktur karena totalitas dan kemampuan bekerja yang baik, tapi itu temannya, lain cerita dengan si Bapak, beliau tetap menjadi operator produksi sampai akhir masa kerjanya walaupun kemampuanyya tak jauh beda. Seorang operator produksi yang disayang seluruh jajaran direksi karena totalitasnya dalam bekerja.

     Meski anak kedua, beliau menjadi anak keempat yang menikah di  keluarga besar itu. Itupun setelah melewati ‘perjalanan’ panjang penemuan calon istri :p. Calon istri pertama yang diperkenalkan si Bapak kepada keluarganya adalah seorang sarjana Sastra Inggris dari Jakarta, jelas kedua orang tua beliau kurang setuju karena takut nantinya tidak bisa membahagiakan sang istri yang pasti sudah terbiasa hidup serba berkecukupan. Kejadian serupa terulang sampai 4 kali dan akhirnya si Bapak ‘menyerah’. Beliau menyerahkan pemilihan calon istri itu kepada orang tua. Dan benar, sang Ibu hadir dengan satu  pilihan, seorang gadis desa yang sedang bekerja di Jakarta, anak dari dua orang yang dulunya juga di ‘comblangi’ oleh sang Ibu. Maka akhirnya dengan gadis itulah si Bapak menikah. Melupakan 4 gadis ‘pilihannya’ dan lebih memilih gadis yang dipilihkan orang tua. Mereka kemudian tinggal di Jakarta, si Bapak tetap bekerja di perusahaan Jepang.

    Sampai akhirnya krisis moneter (1998) melanda dan banyak perusahaan terancam kolaps termasuk perusahaan tempat si Bapak bekerja. Saat itu pula orang tua beliau memintanya untuk pulang kampung dan justru terjun ke dunia politik dengan menjadi wakil rakyat. Bagaimana bisa? Ya, orang tua beliau ternyata adalah orang yang (mungkin) cukup dikenal di masyarakat dan memiliki kharisma tinggi. Dengan perasaan campur aduk antara bingung bagaimana harus mengawali karier di dunia politik dan rasa berat meninggalkan perusahaan yang sudah 20 tahun menjadi tempatnya bekerja, beliau akhirnya memutuskan untuk pulang, sekali lagi menuruti titah kedua orang tua. Direktur perusahaan (yang di awal kariernya adalah teman sesama operator produksi) sebenarnya sangat keberatan atas keputusan itu, namun karena tekad si Bapak sudah bulat, pimpinan perusahaan tsb akhirnya mengijinkan karyawan yang luar biasa itu mengundurkan diri.

    Beberapa hari sebelum pemilihan umum berlangsung, ternyata seluruh jajaran direksi, manajer dan supervisor perusahaan tempat si Bapak bekerja datang kerumah dan memberikan dukungan atas langkah besar yang akan diambilnya: terjun ke dunia politik!

    Dengan ijin Allah, akhirnya beliau terpilih menjadi wakil rakyat. Mengalahkan 5 rival yang sama-sama menginginkan posisi itu. Sekarang, beliau ditempatkan di Badan Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Boyolali dan mengurus Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) di Boyolali. “Pekerjaan saya adalah berada diantara orang-orang miskin dan mencoba membantu mereka” ungkap beliau.

    Sangat sering diutarakan beliau di sela ceritanya bahwa beliau bekerja bukan semata mencari uang, beliau menikmati setiap pekerjaan sebagai sebuah hal yang akan mendatangkan kebahagiaan dan manfaat bagi orang lain. Tak apalah beliau harus berganti-ganti dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain asal adik-adik beliau bisa sekolah. Tak apalah beliau melupakan gengsi dan semua gelar asal apa yang dikerjakannya halal dan bisa membantu orang lain. “Percayalah, Allah akan menggetarkan bumi dengan skenario-Nya yang luar biasa untuk orang-orang yang bekerja dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho-Nya..” sambung beliau.

    Masih ada beberapa cerita dan pelajaran yang dituturkan beliau, termasuk beberapa saran berharga untukku ttg masa depan dan pekerjaan namun kisah perjalanan karier beliau mulai dari nol sampai sekarang menjadi ‘orang penting’ di Boyolali sepertinya bisa mewakili semuanya. Semua cerita tsb disampaikan beliau saat perjalanan dari Bulakkapal (Bekasi) sampai Sukra (Indramayu) di tempat pemberhentian bis yang pertama, dalam waktu kurang lebih 2,5 jam..


    *Catatan: Beliau akhirnya meneruskan studi dengan kuliah di Fakultas Hukum pada salah satu universitas di Solo. Beliau memiliki 5 orang anak dan akan menikahkan anak pertamanya pada tanggal 7 Mei mendatang. Sayang saya belum sempat meminta kontak beliau sepanjang perjalanan, tapi insyaAllah saya akan ‘mencari’ beliau dgn bekal internet dan kenalan salah seorang pejabat di Pemkab Boyolali.. saya ingin beliau membaca tulisan ini, dan tentu saya ingin belajar lebih banyak hal pada beliau.. Semoga Allah mempertemukan kita lagi, Bapak!

    .........???????????????

    Suatu pagi yang indah di sebuah sekolah dasar, seorang guru yang begitu berdedikasi mengajar anak2 muridnya tentang betapa bahayanya minuman keras kepada mereka. Sebelum memulai pelajarannya pada hari itu dia telah mengambil 2 ekor cacing yang hidup, sebagai sampel dan dua gelas yang masing2 berisi dengan air mineral dan arak..

    “Coba perhatikan murid2.. lihat bagaimana saya akan memasukkan cacing ini kedalam gelas, perhatikan betul2. Cacing yang sebelah kanan saya, akan saya masukkan ke dalam air mineral sedangkan cacing yang sebelah kiri saya akan masukkan ke dalam arak. Perhatikan betul2.”

    Semua mata tertuju pada kedua ekor cacing itu. Cacing yang berada dalam gelas yang berisi air mineral itu berenang di dasar gelas, sedangkan cacing yang berada di dalam arak tergeletak lalu mati. Si guru tersenyum lebar melihat anak2 muridnya memberikan perhatian pada pelajarannya.

    “Baiklah murid2, apa yang kamu dapat dari pelajaran yang saya tunjukkan tadi??”

    Dengan penuh yakin anak2 muridnya menjawab,

    Untuk menghindari cacingan….. minumlah arak………

    hihihihihihi
    just for fun

    Dari Winwin untuk Bojonegoro

    Banyak teman-teman FB yang mengira saya orang Ngawi. Ya, tidak bisa disalahkan. Saya memang tinggal di Ngawi, kuliah di Ngawi, kerja di Ngawi. Pendek kata, kehidupan saya sekarang memang di Ngawi.

    Tapi sesungguhnya, sampai detik ini saya secara resmi, sah dan meyakinkan (halah!) adalah warga kabupaten Bojonegoro. Dari lahir sampai usia SMP, saya memang hidup di Bojonegoro, baru mulai ketika masuk SMK, saya jadi lebih akrab dengan Ngawi. Dan sampai kapanpun saya memang orang Bojonegoro, orang Bojonegoro yang kurang akrab dengan kotanya sendiri lebih tepatnya :D.

    Lahir dan besar di Bojonegoro, tidak menjadikan saya ‘mengenal’ secara dalam bumi Angling Dharma itu. Tentu karena tempat tinggal saya terletak di perbatasan Bojonegoro-Ngawi dan sangat jauh dari pusat kota Bojonegoro. Seingat saya, saya pernah ke Bojonegoro (kota)  beberapa kali saja, yaitu ketika mengikuti lomba-lomba (jaman SMP) dan terakhir saat mengurus SIM di Satlantas Bojonegoro. Selebihnya, tidak pernah!

    Yang saya tahu dari Bojonegoro juga sangat terbatas, hanya hal-hal umum seperti makanan khasnya adalah Ledre, ada pertambangan minyak bumi, kerap dijuluki bumi Angling Dharma, slogan kabupatennya adalah Matoh! dan beberapa hal lain yang sifatnya semua-orang-juga –tahu. Bahkan pernah saya berpikir bahwa saya (dan beberapa teman lain) adalah ‘anak tiri’ Bojonegoro. Gimana nggak, secara status tinggal di Bojonegoro, tapi faktanya nggak tahu kotanya sama sekali! Kami jauh lebih akrab dengan Ngawi, yang bisa dicapai hanya dalam waktu 30 menit. Sehingga teman-teman SMK saya sering bertanya “Moso sih Margomulyo masuk Bojonegoro?”. Ya, kesannya Margomulyo (tempat saya tinggal) lebih pantas kalau ikut kabupaten Ngawi. Hehehe.

    Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk kota saya sendiri yang tidak saya kenal dan hanya saya kunjungi belum tentu sebulan sekali itu?

    Beberapa prestasi yang pernah saya raih justru ‘membawa nama’ Ngawi, kiprah saya dalam organisasi juga lebih banyak di Ngawi, komunitas-komunitas yang saya ikuti juga banyak (atau bahkan semua) di Ngawi dan tempat saya tinggal sekarang adalah Ngawi! Bukan Bojonegoro!

    Tapi, setiap kali menilik kampung halaman dan menapaki jengkal demi jengkal tanah kelahiran saya di Margomulyo-Bojonegoro sana, ada rasa ‘tanggung jawab’ yang serta merta muncul..

    Setiap kali mengunjungi Kantor Desa untuk mengurus surat-surat dan melihat para pegawainya kesulitan mengoperasikan komputer, ada perasaan terpanggil dari dalam diri. Kenapa diam saja?

    Setiap kali melihat kemajuan demi kemajuan yang pelan namun pasti hadir di Margomulyo, ada rasa bangga sekaligus sedih dalam hati, kalau Pemerintah bisa memperbaiki jalan raya dan sarana pendidikan, apa yang bisa saya lakukan?
    Setiap kali melihat adik saya pergi ke SD tempat saya dulu juga belajar disana, sebagian pikiran saya akan melayang ke masa lampau. Di tanah inilah untuk pertama kalinya saya mengenal dunia, mengenal pendidikan, mau dikemanakan pendidikan yang sampai sekarang masih juga saya kejar?

    Secara fisik saya memang tidak tinggal di Bojonegoro, seperti ratusan bahkan ribuan warga Bojonegoro lainnya. Tapi satu hal yang pasti, suatu saat kami semua akan kembali.. mengabdikan diri untuk kota kami sendiri, membawa semua yang kami dapat untuk memperbaiki kota kami, mendedikasikan kemampuan kami untuk membangun kota kami menjadi lebih baik, menyaksikan kota kami semakin tumbuh berkembang, tidak kalah dengan kota-kota lain.. kami menunggu waktu itu..
    Kurindu kotaku, kurindu Bojonegoro..

    *) Terima kasih untuk teman-teman SMP N 1 Margomulyo dan komunitas SUMARATU, mari lakukan sesuatu untuk Bojonegoro.. J

    MASYARAKAT SAMIN BOJONEGORO (JEPANG)====>>>




     Dusun Jepang, salah satu dusun dari 9 dusun di Desa Margomulyo yang berada di kawasan hutan memiliki luas 74, 733 hektar. Jarak sekita 4,5 kilometer dari ibukota Kecamatan Margomulyo, 69 kilometer arah barat-selatan atau kurang lebih denga jarak tempuh antara 2-2,5 jam perjalanan dengan kendaraan dari ibu kota Bojonegoro dan 259 kilometer ... dari ibukota Propinsi Jawa Timur(Surabaya).

    Masyarakat Samin yang tinggal di dusun tersebut, adalah figur tokoh atau orang-orang tua yang gigih berjuang menentang Kolonial Belanda dengan gerakan yang dikenal dengan Gerakan Saminisme, yang dipimpin oleh Ki Samin Surosentiko. Dalam Komunitas Samin tidak ada istilah untuk membantu Pemerinrtah Belanda seperti menolak membayar pajak, tidak mau kerja sama, tidak mau menjual apalagi memberi hasil bumi kepada Pemerintah Belanda. Prinsip dalam memerangi kolonial Belanda melalui penanaman ajaran Saminisme yang artinya sami-sami amin (bersama-sama) yang dicerminkan dan dilandasi oleh kekuatan, kejujuran, kebersamaan dan kesederhanaan.


    Sikap perjuangann mereka dapat dilihat dari profil orang samin yakni gaya hidup yang tidak bergelimpangan harta, tidak menjadi antek Belanda, bekerja keras, berdoa, berpuasa dan berderma kepada sesama. Ungkapan-ungkapan yang sering diajarkan antara lain : sikap lahir yang berjalan bersama batin diungkapkan yang berbunyi sabar, nrimo, rilo dan trokal (kerja keras), tidak mau merugikan orang lain diungkapkan dalam sikap sepi ing pamrih rame ing gawe dan selalu hati-hati dalam berbicara diungkapkan ojo waton ngomong, ning ngomong kang maton. Lokasi masyarakat Samin (dusun Jepang) memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi obyek Wisata Minat Khusus atau Wisata Budaya Masyarakat Samin melalui pengembangan paket Wisata Homestay bersama masyarakat Samin. Hal yang menarik dalam paket ini ialah para wisatawan dapat menikmati suasana dan gaya hidup kekhasan masyarakat Samin. Untuk rintisan tersebut, kebijakan yang telah dilakukan adalah melalui penataan kampung dan penyediaan fasilitas sosial dasar.

    ``~ PeNgeRTian E-Mail~``

    Kata email merupakan singkatan dari Electronic Mail, yang berarti "surat elektronik". Email merupakan sistem yang memungkinkan pesan berbasis teks untuk dikirim dan diterima secara elektronik melalui beberapa komputer bisa juga menggunakan HP tentunya yang dilengkapi dengan fasilitas web.
    lebih jelasnya Email adalah saran untuk mengirim data,file teks,foto digital, bisa juga digunakan untuk mengirim file audio atau pun video dari komputer satu ke komputer lainnya, dalam suatu jaringan komputer(internet)

    ~Alamat Email~
    Untuk mengirim Email, tentu saja kita harus memiliki alamat email, yaitu mendaftarkan diri ke salah satu situs penyedia layanan email. misalnya : yahoo,gmail(google),hotmail,dan lainnya.
    Untuk menggunakan layanan email dari situs web, kita dapat memilih layanan yang sifatnya gratis maupun prabayar. Akan tetapi, layanan gratis bersifat terbatas (biasanya pembatasan dilakukan terhadap ukuran data yang dapat kita kirim).
    Alamat Email memuat dua identitas yang dipisahkan oleh @ dan dinyatakan dengan username@server.domain.
    • Username menyatakan identitas pengguna Email
    • Server.domain menyatakan situs penyedia layanan Email
    sebagai contoh : ekonurcahyono@muslim.com, ekonurcahyono merupakan identitas pengguna email, sedangkan muslim merupakan identitas situs penyedia layanan email.
    Biasanya, bagian username dapat berupa kata-kata, nama, singkatan, atau nomor tertentu. Yang tidak boleh adalah karakter-karakter khusus seperti #,$,%,^,?,!, dan simbol lainnya.

    Kelebihan Email
     Pengiriman email tidak memerlukan amplop dan perangko serta pembuatannya tidak memerlukan pulpen,kertas,maupun tinta printer seperti surat konvesional. Proses pengirimannya pun dapat dilakukan dengan mudah,setiap saat, dan cepat keselur dunia sehingga dapat menghemat uang dan waktu. Tidak heran jika teknologi email menyebar luas dengan cepat, Khususnya untuk keperluan komunikasi dalam dunia bisnis maupun personal.

    Kelemahan Email
      Selain mempunyai kelebihan Email juga mempunyai kelemahan, misalnya : Memungkinkan terjadinya pemalsuan identitas.Hal ini karena kemudahan dalam proses pembuatan email yang memungkinkan orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkannya untuk keperluan negatif, misal : untuk melakukan penipuan dan yang lainnya atas nama perusahaan terkemuka.