Sumberjo Margomulya Bersatu ````

AKU BANGGA JADI ANAK INDONESIA
Selamat Datang Di Blog SUMARATU {sumberjo margomulyo bersatu} COMMUNITY ^_^ Terimakasih Untuk kunjungannya ^_^ Semoga Anda Bahagia

2,5 JAM BERSAMA GURU KEHIDUPAN

 Di tiket bus Rosalia Indah-ku tertera jam keberangkatan pukul 16.30 dari Bulakkapal-Bekasi, karena semua pekerjaanku sudah selesai (termasuk maksi dan blanja blanji :p), jam 15.30 aku sudah nongkrong  di pool (sebutan untuk agen bus) di depan kantor Depsos itu. Kudapati semua bangku di ruang tunggu penuh, maka akhirnya aku nunggu bis di Mushola, sembari men-charge HPku.

Menunggu, menunggu, menunggu… jam 16.15 aku ke loket, menanyakan apakah bus akan segera datang/belum. Ternyata belum, dan tidak ada info apa-apa! Hufh, nunggu lagi dueh! Karena beberapa orang sudah naik bis yang sebelumnya datang, maka sudah banyak bangku kosong di ruang tunggu sehingga aku bisa mengambil tempat disana. Tak jauh-jauh dari tempatku sebelumnya, aku duduk di depan Mushola. Sembari melihat sekeliling, mengira-ngira siapa yang akan duduk sebangku denganku di bus Super Executive Class (ehem!) itu. Sudah menjadi pahamku, orang-orang yang naik bis kelas ini pasti bukan orang-orang sembarangan. Kebanyakan OKB alias Orang Kaya Banget (:p) atau OTK alias Orang Terlanjur Kaya macam bang Madit Musyawaroh :D. Aku? Ah, naik bis ini karena kebetulan yang tersisa tinggal kelas itu saja, nggak ada pilihan lain! Daripada nggak bisa pulang?!

Ada seorang Bapak pakai kacamata tebel, khas orang pinter, baca Jurnal Pertamina. Wuih.. pejabat Pertamina kayaknya. Lalu ada rombongan keluarga kecil bahagia, Ibu-bapak dan dua anak kembar bernama Fathur dan Fathir (karena di kaosnya tertera tulisan itu), ada pula keluarga lain dengan satu anak kecil sekitar 4 tahun-an (belakangan kutahu kedua keluarga itu nggak naik bis, hanya mengantar keluarga mereka! :D). Yang lain seperti biasanya penumpang bis kelas ini, lelaki paruh baya dengan Hape touch screen yang tak pernah lepas dari genggaman, ibu-ibu berdandan menor dengan barang-barang ber-merk dan gadis-gadis bohay dengan tampang super cantik+seksi. Mantaps!

 Siapa ya teman sebangkuku? Ah, siapapun dia aku tak begitu berminat untuk ngobrol banyak kala itu, karena amat sangat lelah sekali banget!, nggak tahu kenapa leherku sakiiit banget mungkin salah posisi tidur di bis malam sebelumnya :(

Bis akhirnya datang jam 17.30, molor 1 jam dari jadwal semula. Dari pengemudi bis akhirnya aku tahu bis telat karena di Jakarta sempat terjebak kemacetan akibat Justin Bieber (entah penontonnya atau rombongan si JB sendiri). Aku dapat tempat duduk nomor 2B, artinya sebangku dengan pemilik tiket 2C, berbeda kalau saja aku dapat tiket 2A karena tempat duduknya diatur dgn sistem 2-1 alias 2 tempat duduk di kanan dan hanya satu tempat duduk di kiri.


GURU KEHIDUPAN

Beberapa saat setelah aku duduk, seorang bapak (kutaksir berumur 45-an) menghampiri tempat dudukku dan mengucap permisi. Olala.. beliaulah teman sebangkuku! Wajahnya sangat kebapakan, penampilannya rapi, tampak nyentrik dengan celana jins biru dan kaos lengan panjang bergaris.

Seperti biasa, percakapan ‘basa-basi’ seputar turun mana dan darimana mengawali obrolan kami. Di tanganku masih ada novel Lukisan Bidadari (Pipiet Senja) yang hendak kubaca, namun si Bapak sepertinya ingin bercerita banyak. Mulailah beliau bercerita tentang ‘kegemaran’nya travelling kemana-mana. Wah.. seru nih! Seketika aku langsung tertarik mendengar cerita demi  ceritanya. Kututup bukuku (karena hari juga semakin gelap) dan memasukkannya ke dalam ransel, mengalihkan perhatian sepenuhnya pada si Bapak yang makin lama makin seru ceritanya, lebih seru ketika beliau menceritakan kisah kehidupannya. Tak berlebihan jika di akhir aku menyebutnya ‘Guru Kehidupan’. Begini ceritanya..

Lahir sebagai anak kedua dari sepuluh bersaudara, si Bapak berhasil menamatkan sekolah hingga STM (SMK). Kakak beliau perempuan dan sudah berkeluarga sehingga orang tua memberinya tanggung jawab untuk membantu menyekolahkan adik-adik yang jumlahnya 8. Hal inilah yang kemudian diceritakannya sebagai ‘motivasi’ untuk bekerja keras; karena kepercayaan orang tua!

Pertama, beliau bekerja pada sebuah pabrik di Semarang-Jawa Tengah, pekerjaannya mengelas dan memotong besi. Sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya di STM. Namun gaji yang diterimanya dirasa kurang memadai dan pekerjaan tsb terasa terlalu berat. Setelah 6 bulan berlalu, beliau memutuskan untuk keluar dan mencari pekerjaan lain.

Pekerjaan selanjutnya yang akhirnya dilakoni si Bapak adalah sebagai Kernet bis umum jurusan Solo-Kediri. Oya, beliau tinggal di Boyolali-Jawa Tengah. Gajinya kala itu Rp. 2.500 per bulan, di tahun 70’an, uang itu adalah jumlah yang lumayan. Dan posisinya sebagai Kernet tidak bertahan lama karena akhirnya beliau menjadi Kondektur. Naik pangkat ceritanya.. :D

Orang tua beliau yang tahu bahwa anaknya bekerja sebagai Kondektur bis (awalnya pekerjaan ini dilakukan secara diam-diam) tidak setuju dan menganggap pekerjaan tsb tidak cocok utk lulusan STM sepertinya. Maka di daftarkanlah beliau oleh Ayahnya ke Dinas Penghasilan kota Surakarta. Walau tidak begitu suka bekerja sebagai tenaga honorer, karena itu adalah titah orang tua, si Bapak akhirnya menerima pekerjaan itu. Meski kembali tidak bertahan lama.

Hengkang dari Dinas Penghasilan, beliau ke Jakarta (mengikuti kakaknya) dan berniat bekerja apapun asal tidak menggantungkan diri pada sang kakak. Mulailah beliau menjadi loper Koran di siang hari dan membantu penjual sate di malam hari dengan upah makan gratis. Semua dilakukan dengan ikhlas dan sebagian besar hasil kerjanya sebagai loper Koran tentu di tabung utk membantu biaya pendidikan adik-adik beliau.

Kesempatan lain datang, beliau diajak seseorang untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Dengan modal kemampuan mencangkul tanah di kampungnya, beliau menjadi kuli aduk semen selama 9 bulan di rumah salah satu orang penting di masa pemerintahan sekitar tahun 1970-an. Kalau tidak salah dirumah Sekertaris Negara kala itu (aku agak lupa jabatannya, pokoknya orang penting). Karena keuletan beliau, si majikan menaruh simpati. Diberikannya uang ekstra untuk beliau naik becak pulang karena setiap hari selalu berjalan kaki dan gaji beliau selama 9 bulan tsb juga tidak pernah diambil (walau uang ‘transport’ itu akhirnya tidak juga digunakan untuk naik becak tp lebih memilih untuk ditabung). Gaji tersebut baru diambilnya ketika pekerjaan benar-benar selesai (di bulan ke-9) dan kesemuanya dikirimkan ke kampung untuk biaya sekolah adik-adiknya! Salah seorang adiknya bahkan telah menamatkan kuliah di Fakultas Sospol sebuah universitas di Solo dan berhasil menjadi seorang camat! Sementara beliau masih setia dengan kehidupan keras di Jakarta.


Selesai pekerjaan dirumah ‘orang penting’, beliau berharap pekerjaan pada majikannya itu. Siapa tahu ada pekerjaan di instansi pemerintahan yang cocok untuknya. Namun sayang sang Majikan tidak memiliki apa yang diharap si Bapak. Maka karena simpatinya pada si Bapak, majikan tsb memberi uang padanya setiap hari sebesar Rp. 900 untuk mencari kerja. Jadi beliau dipersilakan mencari pekerjaan sendiri namun justru dibayar. Saking simpatinya getoo..

Sampai pada akhirnya ketua RW tempat beliau tinggal mengatakan bahwa ada sebuah perusahaan Jepang sedang mencari tenaga operator produksi. Masuklah si Bapak dengan pengalamannya bekerja selama 6 bulan di Semarang setelah lulus STM. Pendek kata beliau diterima dan bekerja di perusahaan itu sampai 20 tahun! Pekerjaannya selalu sempurna dan jarang sekali tidak masuk kerja. Salah satu teman kerjanya sesama operator produksi bahkan sampai diangkat menjadi direktur karena totalitas dan kemampuan bekerja yang baik, tapi itu temannya, lain cerita dengan si Bapak, beliau tetap menjadi operator produksi sampai akhir masa kerjanya walaupun kemampuanyya tak jauh beda. Seorang operator produksi yang disayang seluruh jajaran direksi karena totalitasnya dalam bekerja.

 Meski anak kedua, beliau menjadi anak keempat yang menikah di  keluarga besar itu. Itupun setelah melewati ‘perjalanan’ panjang penemuan calon istri :p. Calon istri pertama yang diperkenalkan si Bapak kepada keluarganya adalah seorang sarjana Sastra Inggris dari Jakarta, jelas kedua orang tua beliau kurang setuju karena takut nantinya tidak bisa membahagiakan sang istri yang pasti sudah terbiasa hidup serba berkecukupan. Kejadian serupa terulang sampai 4 kali dan akhirnya si Bapak ‘menyerah’. Beliau menyerahkan pemilihan calon istri itu kepada orang tua. Dan benar, sang Ibu hadir dengan satu  pilihan, seorang gadis desa yang sedang bekerja di Jakarta, anak dari dua orang yang dulunya juga di ‘comblangi’ oleh sang Ibu. Maka akhirnya dengan gadis itulah si Bapak menikah. Melupakan 4 gadis ‘pilihannya’ dan lebih memilih gadis yang dipilihkan orang tua. Mereka kemudian tinggal di Jakarta, si Bapak tetap bekerja di perusahaan Jepang.

Sampai akhirnya krisis moneter (1998) melanda dan banyak perusahaan terancam kolaps termasuk perusahaan tempat si Bapak bekerja. Saat itu pula orang tua beliau memintanya untuk pulang kampung dan justru terjun ke dunia politik dengan menjadi wakil rakyat. Bagaimana bisa? Ya, orang tua beliau ternyata adalah orang yang (mungkin) cukup dikenal di masyarakat dan memiliki kharisma tinggi. Dengan perasaan campur aduk antara bingung bagaimana harus mengawali karier di dunia politik dan rasa berat meninggalkan perusahaan yang sudah 20 tahun menjadi tempatnya bekerja, beliau akhirnya memutuskan untuk pulang, sekali lagi menuruti titah kedua orang tua. Direktur perusahaan (yang di awal kariernya adalah teman sesama operator produksi) sebenarnya sangat keberatan atas keputusan itu, namun karena tekad si Bapak sudah bulat, pimpinan perusahaan tsb akhirnya mengijinkan karyawan yang luar biasa itu mengundurkan diri.

Beberapa hari sebelum pemilihan umum berlangsung, ternyata seluruh jajaran direksi, manajer dan supervisor perusahaan tempat si Bapak bekerja datang kerumah dan memberikan dukungan atas langkah besar yang akan diambilnya: terjun ke dunia politik!

Dengan ijin Allah, akhirnya beliau terpilih menjadi wakil rakyat. Mengalahkan 5 rival yang sama-sama menginginkan posisi itu. Sekarang, beliau ditempatkan di Badan Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Boyolali dan mengurus Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) di Boyolali. “Pekerjaan saya adalah berada diantara orang-orang miskin dan mencoba membantu mereka” ungkap beliau.

Sangat sering diutarakan beliau di sela ceritanya bahwa beliau bekerja bukan semata mencari uang, beliau menikmati setiap pekerjaan sebagai sebuah hal yang akan mendatangkan kebahagiaan dan manfaat bagi orang lain. Tak apalah beliau harus berganti-ganti dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain asal adik-adik beliau bisa sekolah. Tak apalah beliau melupakan gengsi dan semua gelar asal apa yang dikerjakannya halal dan bisa membantu orang lain. “Percayalah, Allah akan menggetarkan bumi dengan skenario-Nya yang luar biasa untuk orang-orang yang bekerja dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho-Nya..” sambung beliau.

Masih ada beberapa cerita dan pelajaran yang dituturkan beliau, termasuk beberapa saran berharga untukku ttg masa depan dan pekerjaan namun kisah perjalanan karier beliau mulai dari nol sampai sekarang menjadi ‘orang penting’ di Boyolali sepertinya bisa mewakili semuanya. Semua cerita tsb disampaikan beliau saat perjalanan dari Bulakkapal (Bekasi) sampai Sukra (Indramayu) di tempat pemberhentian bis yang pertama, dalam waktu kurang lebih 2,5 jam..


*Catatan: Beliau akhirnya meneruskan studi dengan kuliah di Fakultas Hukum pada salah satu universitas di Solo. Beliau memiliki 5 orang anak dan akan menikahkan anak pertamanya pada tanggal 7 Mei mendatang. Sayang saya belum sempat meminta kontak beliau sepanjang perjalanan, tapi insyaAllah saya akan ‘mencari’ beliau dgn bekal internet dan kenalan salah seorang pejabat di Pemkab Boyolali.. saya ingin beliau membaca tulisan ini, dan tentu saya ingin belajar lebih banyak hal pada beliau.. Semoga Allah mempertemukan kita lagi, Bapak!

.........???????????????

Suatu pagi yang indah di sebuah sekolah dasar, seorang guru yang begitu berdedikasi mengajar anak2 muridnya tentang betapa bahayanya minuman keras kepada mereka. Sebelum memulai pelajarannya pada hari itu dia telah mengambil 2 ekor cacing yang hidup, sebagai sampel dan dua gelas yang masing2 berisi dengan air mineral dan arak..

“Coba perhatikan murid2.. lihat bagaimana saya akan memasukkan cacing ini kedalam gelas, perhatikan betul2. Cacing yang sebelah kanan saya, akan saya masukkan ke dalam air mineral sedangkan cacing yang sebelah kiri saya akan masukkan ke dalam arak. Perhatikan betul2.”

Semua mata tertuju pada kedua ekor cacing itu. Cacing yang berada dalam gelas yang berisi air mineral itu berenang di dasar gelas, sedangkan cacing yang berada di dalam arak tergeletak lalu mati. Si guru tersenyum lebar melihat anak2 muridnya memberikan perhatian pada pelajarannya.

“Baiklah murid2, apa yang kamu dapat dari pelajaran yang saya tunjukkan tadi??”

Dengan penuh yakin anak2 muridnya menjawab,

Untuk menghindari cacingan….. minumlah arak………

hihihihihihi
just for fun

Dari Winwin untuk Bojonegoro

Banyak teman-teman FB yang mengira saya orang Ngawi. Ya, tidak bisa disalahkan. Saya memang tinggal di Ngawi, kuliah di Ngawi, kerja di Ngawi. Pendek kata, kehidupan saya sekarang memang di Ngawi.

Tapi sesungguhnya, sampai detik ini saya secara resmi, sah dan meyakinkan (halah!) adalah warga kabupaten Bojonegoro. Dari lahir sampai usia SMP, saya memang hidup di Bojonegoro, baru mulai ketika masuk SMK, saya jadi lebih akrab dengan Ngawi. Dan sampai kapanpun saya memang orang Bojonegoro, orang Bojonegoro yang kurang akrab dengan kotanya sendiri lebih tepatnya :D.

Lahir dan besar di Bojonegoro, tidak menjadikan saya ‘mengenal’ secara dalam bumi Angling Dharma itu. Tentu karena tempat tinggal saya terletak di perbatasan Bojonegoro-Ngawi dan sangat jauh dari pusat kota Bojonegoro. Seingat saya, saya pernah ke Bojonegoro (kota)  beberapa kali saja, yaitu ketika mengikuti lomba-lomba (jaman SMP) dan terakhir saat mengurus SIM di Satlantas Bojonegoro. Selebihnya, tidak pernah!

Yang saya tahu dari Bojonegoro juga sangat terbatas, hanya hal-hal umum seperti makanan khasnya adalah Ledre, ada pertambangan minyak bumi, kerap dijuluki bumi Angling Dharma, slogan kabupatennya adalah Matoh! dan beberapa hal lain yang sifatnya semua-orang-juga –tahu. Bahkan pernah saya berpikir bahwa saya (dan beberapa teman lain) adalah ‘anak tiri’ Bojonegoro. Gimana nggak, secara status tinggal di Bojonegoro, tapi faktanya nggak tahu kotanya sama sekali! Kami jauh lebih akrab dengan Ngawi, yang bisa dicapai hanya dalam waktu 30 menit. Sehingga teman-teman SMK saya sering bertanya “Moso sih Margomulyo masuk Bojonegoro?”. Ya, kesannya Margomulyo (tempat saya tinggal) lebih pantas kalau ikut kabupaten Ngawi. Hehehe.

Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk kota saya sendiri yang tidak saya kenal dan hanya saya kunjungi belum tentu sebulan sekali itu?

Beberapa prestasi yang pernah saya raih justru ‘membawa nama’ Ngawi, kiprah saya dalam organisasi juga lebih banyak di Ngawi, komunitas-komunitas yang saya ikuti juga banyak (atau bahkan semua) di Ngawi dan tempat saya tinggal sekarang adalah Ngawi! Bukan Bojonegoro!

Tapi, setiap kali menilik kampung halaman dan menapaki jengkal demi jengkal tanah kelahiran saya di Margomulyo-Bojonegoro sana, ada rasa ‘tanggung jawab’ yang serta merta muncul..

Setiap kali mengunjungi Kantor Desa untuk mengurus surat-surat dan melihat para pegawainya kesulitan mengoperasikan komputer, ada perasaan terpanggil dari dalam diri. Kenapa diam saja?

Setiap kali melihat kemajuan demi kemajuan yang pelan namun pasti hadir di Margomulyo, ada rasa bangga sekaligus sedih dalam hati, kalau Pemerintah bisa memperbaiki jalan raya dan sarana pendidikan, apa yang bisa saya lakukan?
Setiap kali melihat adik saya pergi ke SD tempat saya dulu juga belajar disana, sebagian pikiran saya akan melayang ke masa lampau. Di tanah inilah untuk pertama kalinya saya mengenal dunia, mengenal pendidikan, mau dikemanakan pendidikan yang sampai sekarang masih juga saya kejar?

Secara fisik saya memang tidak tinggal di Bojonegoro, seperti ratusan bahkan ribuan warga Bojonegoro lainnya. Tapi satu hal yang pasti, suatu saat kami semua akan kembali.. mengabdikan diri untuk kota kami sendiri, membawa semua yang kami dapat untuk memperbaiki kota kami, mendedikasikan kemampuan kami untuk membangun kota kami menjadi lebih baik, menyaksikan kota kami semakin tumbuh berkembang, tidak kalah dengan kota-kota lain.. kami menunggu waktu itu..
Kurindu kotaku, kurindu Bojonegoro..

*) Terima kasih untuk teman-teman SMP N 1 Margomulyo dan komunitas SUMARATU, mari lakukan sesuatu untuk Bojonegoro.. J

MASYARAKAT SAMIN BOJONEGORO (JEPANG)====>>>




 Dusun Jepang, salah satu dusun dari 9 dusun di Desa Margomulyo yang berada di kawasan hutan memiliki luas 74, 733 hektar. Jarak sekita 4,5 kilometer dari ibukota Kecamatan Margomulyo, 69 kilometer arah barat-selatan atau kurang lebih denga jarak tempuh antara 2-2,5 jam perjalanan dengan kendaraan dari ibu kota Bojonegoro dan 259 kilometer ... dari ibukota Propinsi Jawa Timur(Surabaya).

Masyarakat Samin yang tinggal di dusun tersebut, adalah figur tokoh atau orang-orang tua yang gigih berjuang menentang Kolonial Belanda dengan gerakan yang dikenal dengan Gerakan Saminisme, yang dipimpin oleh Ki Samin Surosentiko. Dalam Komunitas Samin tidak ada istilah untuk membantu Pemerinrtah Belanda seperti menolak membayar pajak, tidak mau kerja sama, tidak mau menjual apalagi memberi hasil bumi kepada Pemerintah Belanda. Prinsip dalam memerangi kolonial Belanda melalui penanaman ajaran Saminisme yang artinya sami-sami amin (bersama-sama) yang dicerminkan dan dilandasi oleh kekuatan, kejujuran, kebersamaan dan kesederhanaan.


Sikap perjuangann mereka dapat dilihat dari profil orang samin yakni gaya hidup yang tidak bergelimpangan harta, tidak menjadi antek Belanda, bekerja keras, berdoa, berpuasa dan berderma kepada sesama. Ungkapan-ungkapan yang sering diajarkan antara lain : sikap lahir yang berjalan bersama batin diungkapkan yang berbunyi sabar, nrimo, rilo dan trokal (kerja keras), tidak mau merugikan orang lain diungkapkan dalam sikap sepi ing pamrih rame ing gawe dan selalu hati-hati dalam berbicara diungkapkan ojo waton ngomong, ning ngomong kang maton. Lokasi masyarakat Samin (dusun Jepang) memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi obyek Wisata Minat Khusus atau Wisata Budaya Masyarakat Samin melalui pengembangan paket Wisata Homestay bersama masyarakat Samin. Hal yang menarik dalam paket ini ialah para wisatawan dapat menikmati suasana dan gaya hidup kekhasan masyarakat Samin. Untuk rintisan tersebut, kebijakan yang telah dilakukan adalah melalui penataan kampung dan penyediaan fasilitas sosial dasar.

``~ PeNgeRTian E-Mail~``

Kata email merupakan singkatan dari Electronic Mail, yang berarti "surat elektronik". Email merupakan sistem yang memungkinkan pesan berbasis teks untuk dikirim dan diterima secara elektronik melalui beberapa komputer bisa juga menggunakan HP tentunya yang dilengkapi dengan fasilitas web.
lebih jelasnya Email adalah saran untuk mengirim data,file teks,foto digital, bisa juga digunakan untuk mengirim file audio atau pun video dari komputer satu ke komputer lainnya, dalam suatu jaringan komputer(internet)

~Alamat Email~
Untuk mengirim Email, tentu saja kita harus memiliki alamat email, yaitu mendaftarkan diri ke salah satu situs penyedia layanan email. misalnya : yahoo,gmail(google),hotmail,dan lainnya.
Untuk menggunakan layanan email dari situs web, kita dapat memilih layanan yang sifatnya gratis maupun prabayar. Akan tetapi, layanan gratis bersifat terbatas (biasanya pembatasan dilakukan terhadap ukuran data yang dapat kita kirim).
Alamat Email memuat dua identitas yang dipisahkan oleh @ dan dinyatakan dengan username@server.domain.
  • Username menyatakan identitas pengguna Email
  • Server.domain menyatakan situs penyedia layanan Email
sebagai contoh : ekonurcahyono@muslim.com, ekonurcahyono merupakan identitas pengguna email, sedangkan muslim merupakan identitas situs penyedia layanan email.
Biasanya, bagian username dapat berupa kata-kata, nama, singkatan, atau nomor tertentu. Yang tidak boleh adalah karakter-karakter khusus seperti #,$,%,^,?,!, dan simbol lainnya.

Kelebihan Email
 Pengiriman email tidak memerlukan amplop dan perangko serta pembuatannya tidak memerlukan pulpen,kertas,maupun tinta printer seperti surat konvesional. Proses pengirimannya pun dapat dilakukan dengan mudah,setiap saat, dan cepat keselur dunia sehingga dapat menghemat uang dan waktu. Tidak heran jika teknologi email menyebar luas dengan cepat, Khususnya untuk keperluan komunikasi dalam dunia bisnis maupun personal.

Kelemahan Email
  Selain mempunyai kelebihan Email juga mempunyai kelemahan, misalnya : Memungkinkan terjadinya pemalsuan identitas.Hal ini karena kemudahan dalam proses pembuatan email yang memungkinkan orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkannya untuk keperluan negatif, misal : untuk melakukan penipuan dan yang lainnya atas nama perusahaan terkemuka.